Milikilah Segera Buku 7 Kunci Menuju Indonesia Sehat:
Menyehatkan Makanan, Air, Limbah
Cair, Limbah Padat, Limbah Medis (B3), Udara, Kesehatan Rumah dan
Binatang Pengganggu
MASIH
tingginya angka jumlah anak dengan gizi kurang, kasus penyakit infeksi seperti
demam berdarah, dan kian meningkatnya penyakit tidak menular adalah beberapa
masalah umum yang menggambarkan kondisi kesehatan di Indonesia. Masalah ini
tidak hanya datang dari kurangnya kepedulian masyarakat akan kesehatan, tapi
juga kondisi geografis yang membuat beberapa pulau di Indonesia memiliki
keterbatasan akses ke sarana kesehatan, seperti pelayanan kesehatan dan air
bersih.
Menurut Zaenal Abidin (2015),
selaku Ketua Umum IDI periode 2012-2015, kini rakyat Indonesia mengalami empat
transisi masalah kesehatan yang memberikan dampak double burden (beban
ganda). Keempat transisi tersebut ialah transisi demografi, epidemiologi, gizi,
dan transisi perilaku.
Transisi demografi ini ditandai
dengan usia harapan hidup yang meningkat, berakibat penduduk usia lanjut
bertambah dan menjadi tantangan tersendiri bagi sektor kesehatan karena
meningkatnya kasus-kasus geriatri. Sementara itu, masalah kesehatan klasik dari
populasi penduduk yang bayi, balita, remaja, dan ibu hamil tetap saja belum
berkurang.
Transisi epidemiologi datang
dengan dua kelompok penyakit, yaitu penyakit menular dan tidak menular.
Penyakit menular seperti tuberkulosis, malaria, demam berdarah, diare,
cacingan, hepatitis virus, dan HIV tetap eksis. Sisi lain, penyakit tidak
menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, kencing
manis, gagal ginjal, stroke dan kanker, kasusnya makin banyak dan menyerap dana
kesehatan yang tidak sedikit.
Pada transisi sektor gizi, satu
sisi kita berhadapan dengan kasus penduduk gizi lebih (kegemukan/obesitas),
sementara kasus gizi kurang masih tetap terjadi.
Transisi terakhir, pada pola perilaku
(gaya hidup). Perilaku hidup ‘modern’, atau lebih tepatnya sedentary
mulai menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat. Gaya hidup serba instan, termasuk
dalam memilih bahan pangan, dan kurang peduli aspek kesehatan, sementara
sebagian yang lain masih percaya mitos-mitos yang diwariskan berkaitan dengan
sakit-sehatnya seseorang.
Bahkan, laporan Olivia Lewi
Pramesti (2012), dari National Geographic Indonesia, menyebutkan bahwa kasus
eksploitasi lingkungan semakin banyak dan tidak sedikit yang mengalami keruskan.
Potret lingkungan Indonesia makin memprihatinkan, data Kementerian Lingkungan
Hidup Indonesia, tahun 2012 ada 300 kasus lingkungan hidup, seperti kebakaran
hutan, pencemaran lingkungan, pelanggaran hukum, dan pertambangan. Selain itu,
potret lingkungan Indonesia berdasarkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup dari
Kementerian Lingkungan Hidup, ada penurunan kualitas lingkungan, yakni pada
2009 sebesar 59,79%, 2010 sebesar 61,7%, dan 2011 sebesar 60,84%. Data Menuju
Indonesia Hijau, Indonesia hanya memiliki luas tutupan hutan sebesar 48,7%.
Jadi, betapa miris kondisi kesehatan lingkungan di
Indonesia. Padahal, kalau kita renungkan menurut Guru Besar Administrasi Kesehatan dari Universitas Berkeley, Henrik
L Blum, ada empat faktor yang mempengaruhi dari status kesehatan manusia, yaitu
lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan, dan genetik (keturunan).
Hal ini, berarti bisa jadi teori Henrik L Blum itu belum mendasari dan
diterapkan dalam pola pembangunan kesehatan di Indonesia secara konsisten dan
menyeluruh?
Terkait itu, saya teringat cerita Prof. dr. Ascobat Gani, MPH., DrPh., salah
satu dosen favorit di FKM UI, yang menggambarkan betapa menyenangkan seandainya
negeri ini dibangun dengan menerapkan filosofi dasar kesehatan masyarakat (Public
Health). Berikut ini, saya tuliskan kembali ceritanya.
Betapa
indahnya bila kita hidup di sebuah negeri dimana anak-anak kita tumbuh dengan
sehat, riang dan gembira setiap hari. Tempat mereka tinggal pun bersih, segar,
dan nyaman. Tersedia asupan gizi yang cukup dan menyehatkan. Sarana bermain dan
sekolah yang menyenangkan.
Sementara
pemuda dan orang dewasanya, baik laki-laki maupun perempuan memiliki aktivitas
usaha yang beragam dan saling melengkapi. Mereka bahu membahu membangun
lingkungan yang nyaman sekaligus mereka saling tolong menolong ketika ada
musibah atau ada yang sakit di antara mereka.
Tak
cukup hanya itu, bila diperlukan mereka siap mengantar ke puskesmas atau mantri
atau bahkan dokter dengan biaya yang terjangkau. Bahkan mereka siap menjemput
petugas kesehatan ke daerah mereka secara berkala untuk sekadar memeriksakan
kesehatan-nya, atau mendapat penjelasan tentang hidup sehat atau tentang
pencegahan terhadap penyakit tanpa harus menunggu jatuh sakit atau wabah
penyakit datang terlebih dahulu.
Orang-orang
tua dan sudah lanjut usia juga dapat menikmati masa-masa tuanya dengan penuh
senyuman di antara gelak tawa dan canda anak cucu tercinta. Semua orang
produktif karena mereka sehat, sejahtera, dan bahagia.
Itulah
potret negeri Public Health telah menjadi filosofi dasar dalam membangun bangsa.
Buku Kesehatan
Lingkungan yang sedang Anda baca ini, berisi catatan-catatan masalah
kesehatan lingkungan yang saya amati dan ditulis sejak tahun 1990-sekarang.
Buku ini tidak hanya berisi masalah kesehatan lingkungan saja, tapi juga
dilengkapi dengan alternatif solusi dalam mengatasi permasalah kesehatan
lingkungan itu. Secara garis besar, buku ini berisi Tujuh Kunci Menuju
Indonesia Sehat, yaitu: menyehatkan makanan, air bersih, limbah cair, limbah
padat (sampah), limbah medis (B3), pencemaran udara, kesehatan rumah dan
binatang pengganggu.
Pangandaran, 7 Maret 2018
Arda Dinata
TESTIMONI BUKU INI:
"Setelah membacanya, saya yakin bahwa buku ini wajib dibaca oleh
seluruh Sanitarian di Indonesia. Sebab, isinya memberi wawasan keilmuan dalam
mengatasi berbagai persoalan kesehatan lingkungan. Buku yang cukup lengkap ini,
membantu Sanitarian selaku tenaga ahli bidang kesehatan lingkungan untuk
melakukan intervensi lingkungan, berupa penanganan penyakit dari makanan, air
bersih, limbah cair, limbah padat (sampah), limbah medis (B3), udara, rumah dan
binatang pengganggu, sehingga tercipta derajat kesehatan masyarakat Indonesia
yang optimal.”
---Bambang Wahyudi, SKM., MM., Ketua Pimpinan Pusat Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia (HAKLI).
"Buku
ini wajib Anda baca! Susunan isi bukunya begitu apik. Kehadiran buku ini
sebagai penyegaran untuk akademisi maupun praktisi yang menggeluti kesehatan
lingkungan. Dengan menggunakan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami,
serta dilengkapi dengan contoh kasus yang real di lapangan, telah menambah
nilai plus dan komprehensif buku ini dalam menguraikan fenomena kesehatan
lingkungan.”
---Dr. Elanda Fikri, SKM., M.Kes., Doktor Termuda Ahli Kesehatan Lingkungan & Dosen
Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes RI, Bandung.
"Mantap
Kang Arda bukunya. Isinya lengkap memberi inspirasi dan pencerahan dalam bidang
kesehatan lingkungan. Bahasan 7 Kunci Menuju Indonesia Sehat ini harus
diterapkan kalau menginginkan masyarakat Indonesia Sehat."
---Kusna Ramdani, SKM., Mahasiswa Magister Kesehatan Lingkungan Undip
Semarang dan Fungsional Sanitarian Pertama di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
Tanjungpinang, Kepri.
“Keberadaan
faktor kesehatan lingkungan berpengaruh pada terciptanya derajat kesehatan
masyarakat di Indonesia. Untuk itu, Sanitarian sebagai pelaku kesehatan
lingkungan harus mampu melakukan intervensi lingkungan secara baik. Dengan
membaca buku ini, wawasan pengetahuan kita akan bertambah secara signifikan
terkait bagaimana mengatasi berbagai persoalan kesehatan lingkungan. Isi buku
yang cukup lengkap ini dapat membantu keahlian kita dalam mengatasi masalah
kesehatan makanan, air, limbah cair, limbah padat, limbah medis, udara, rumah
dan binatang pengganggu. Buku ini wajib dibaca oleh Sanitarian dan mahasiswa kesehatan
lingkungan untuk mewujudkan Indonesia Sehat, sebab: Health is not everything
but without health everything is nothing.”
---Asep
Zaenal Mustofa, SKM.,
M.Epid., Kepala Balai Pelatihan
Kesehatan (Bapelkes) Kemenkes RI, Batam dan Ketua Departemen Komunikasi &
Publikasi Pimpinan Pusat Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI).
"Masalah
kesehatan lingkungan yang kompleks ini, butuh tenaga Sanitarian yang
profesional. Tenaga Sanitarian harus mengembangkan diri sesuai tupoksi ahli
kesehatan lingkungan. Membaca dan memahami isi buku ini, wawasan ilmu saya di bidang
kesehatan lingkungan jadi bertambah secara signifikan. Isi buku ini cukup
lengkap membahas keahlian kesehatan lingkungan. Inilah buku yang wajib dibaca
para Sanitarian dan mahasiswa yang belajar kesehatan lingkungan."
---Rusdy I. Miolo, SKM., Ketua Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
(HAKLI) Kabupaten Gorontalo.
"Buku
ini berisi Tujuh Kunci Menuju Indonesia Sehat, yang memotret pentingnya
masalah kesehatan lingkungan supaya eksis sesuai perkembangan zaman dan
diterima masyarakat. Misalnya, bagaimana membangun masyarakat tangguh hadapi
bencana dan kejadian luar biasa penyakit. Mantap bukunya Kang Arda dan terus
berkarya!"
---Idan Awaludin, SKM., Penggagas aplikasi ‘Pokentik’ & bekerja di Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Palembang, Dirjen
P2P Kemenkes RI.
"Buku
ini hadir sebagai senjata bagi tenaga kesehatan, khususnya kesehatan
lingkungan. Bukan saja menjadi oase di bidang kepenulisan kesehatan, buku ini mampu
jadi properti promosi kesehatan yang ampuh. Setelah baca buku ini, Anda akan
penasaran seperti saya dan ingin mewujudkan isi gagasan yang ditawarkan dalam
buku ini."
---Ida Rahayu Setia Dewi, A.Md.KL., Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes RI,
Yogyakarta.
CARA PEMESANAN BUKU INI:
Tulis Nama + Alamat Lengkap + Alamat Email + No HP + Jumlah Buku
Lalu, Kirim SMS atau WhatsApp ke No: 081284826829